Senin, 29 Agustus 2016

Dekadensi moral anak bangsa, salah siapa?

Siapa yang tak tahu kelakuan remaja di zaman yang dikatakan modern saat ini. Hampir semua orang tua tahu. Bahkan anak-anak mereka tak jarang yang menjadi korban bahkan pelaku kerusakan yang terjadi.

Kesenangan yang fana telah membutakan hati para pemuda dewasa ini. Racun budaya berbisa yang dihembuskan oleh barat berhasil menggeser besarnya potensi pemuda menjadi dekadensi moral yang berkepanjangan.

Miris. Semakin hari penduduk dunia semakin rusak. Terlebih para pemuda-pemudinya. Dan lagi, untuk yang kesekian kalinya beredar foto miskin moral. Kali ini adegan tak pantas itu dishoot di sebuah kereta api dari Surabaya. Melakukan kemaksiatan di tempat umum saja mereka berani. Bagaimana jika bukan di tempat umum?

Dengan banyaknya fakta serupa, para orang tua pun semakin cemas. Pendidikan di dalam rumah ternyata tak mampu membentengi anak mereka dari luapan panas pergaulan di luar rumah. Lingkungan yang tidak kondusif di luar rumah berhasil membuat anak mereka bermuka dua. Terwarnai bukan mewarnai.

Mengapa semua ini bisa terjadi? Apakah individunya yang tak berbekal rasa takut pada Sang Pencipta, sehingga mereka bebas melakukan apa yang mereka inginkan? Atau keluarga --yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat-- tidak memberikan edukasi yang cukup bagi sang anak? Ataukah masyarakat sudah tidak lagi peduli dengan kerusakan ada? Atau apakah visi para penguasa bukan untuk menjaga moral anak bangsa, tetapi hanya untuk menjadi kaya?

Ya, semua adalah benar. Selama semua komponen tidak berjalan secara beriringan, maka selama itu jualah anak bangsa tidak akan terbebas dari lubang kenistaan. Wallahu a'lam.

RWijaya
Samarinda, 29/07/16, 09.23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar