Sebenarnya saya sangat jarang menonton
balapan Moto Grand Prix, atau Moto GP. Saya
juga lupa entah sudah berapa tahun tidak menontonnya. Yang pasti, sudah 2
tahunan tidak ada siaran televisi di rumah. Kebetulan saja sekarang saya sedang
di rumah mertua, saya bisa menonton GP Jerman yang berlangsung di Sachsenring
(17/7/2016). Balapan yang dimulai dalam kondisi trek basah semakin menghibur
para penggemarnya.
Yang menarik dalam balapan tersebut
adalah kegigihan Sang Juara, Marquez. Meskipun start di urutan yang pertama
tidak menjadikannya mulus menjadi seorang juara. Bahkan pada saat trek uji coba
saja, pembalap dari Tim Repsol Honda ini hampir mau terjatuh. Lap pertama pun
ia langsung berada pada posisi ketiga. Pengemudi motor Honda RC213V ini pun ketinggalan
posisi puncaknya selama 24 lap dari 25 lap balapan. Tidak hanya itu saja, pada
lap ke-10 ia hampir saja celaka karena keluar dan hampir terjatuh di jalur
pasir, untung saja ia masih bisa mengontrol laju motornya dan kembali ke
treknya. Namun tentu hal itu harus dibayar mahal dengan menjadi urutan yang paling
bontot. Akan tetapi, kepintaran strateginya masuk pit lebih awal mampu menjadi
kuda troya bagi para pesaingnya yang terlena berbalap ria. Strategi inilah yang
mengantarkan Sang Juara finish di posisi terdepan dengan waktu tercepat 47 m
3,239 detik, padahal ia hanya memimpin pada lap terakhir saja.
Kegigihan Sang Juara inilah yang
menarik bagi saya. Jika jalur yang telah kita pilih laksana trek balapan, tentu
butuh ketetapan hati untuk terus berada dalam lintasan. Apapun yang terjadi,
urutan ke berapa pun kita. Jika memang kita ingin sampai ke finish, tentu kita
mesti terus bertahan di dalam lintasan. Dalam hidup ini, tidak sedikit orang
yang memilih trek yang sama dengan kita, ia start lebih awal tetapi kemudian
tertinggal. Atau bahkan hal tersebut menimpa kita sendiri. Kita belajar menulis
lebih awal, tetapi ternyata orang lain yang menghasilkan karya terlebih dahulu.
Kita duluan belajar bahasa Inggris, ternyata orang lain yang duluan bisa
menerjemahkannya. Atau mungkin kita yang duluan belajar bisnis, orang lain yang
duluan sukses. Berbagai kejadian tersebut bukanlah hal aneh dalam hidup ini. Tetapi
apa yang dilakukan oleh para juara, tiada lain adalah konsisten untuk tetap
berada dalam jalur. Meskipun harus menjalankan motornya secara lebih pelan
karena trek yang basah, Marquez tetap pada jalurnya. Ia tidak menyerah meskipun
harus tertinggal di urutan ke-6, bahkan hal itu ia manfaatkan untuk mengambil masuk
pit lebih awal. Ia siapkan strategi dan energi untuk mampu melaju lebih
kencang.
Sudah menjadi sunnatullah, tidak
mesti orang yang memulai sesuatu lebih awal selalu berada pada posisi terbaik
dan terdepan. Dalam menapaki jalur hidup ini, kita juga membutuhkan konsistensi
dan komitmen. Syuhada pertama dalam peperangan kaum muslim, bukanlah orang yang
pertama masuk Islam, beliau adalah Hamzah Sayyidusy-syuhada. Khalifah kedua, Amirul
Mukminin Umar bin Al Khaththab r.a., bukanlah orang pertama masuk Islam. Bahkan
pada saat masih jahil, beliau pernah berniat membunuh Nabi Muhammad Saw.
Meskipun ada juga orang yang selalu menjadi terdepan dan terbaik seperti sosok
Abu Bakar Ash-shiddiq r.a., beliau termasuk kelompok yang pertama masuk Islam, serta
sahabat terbaik Rasulullah Saw. Ketiga sahabat ini start masuk Islamnya berbeda,
tetapi konsistensi dan komitmen hidup di jalur Islamnya, sama sekali tidak
diragukan.
Jika kita sudah memilih trek ini,
yakni menjadi seorang penulis. Mari untuk tetap konsisten dan komitmen untuk
bertahan hingga sampai ke finish. Meskipun mungkin ada yang sampai lebih awal
dibandingkan yang lain.
Analogi saya bukan berarti
menghadirkan kompetisi di antara kita. Ada perbedaan yang nyata antara moto GP
dan grup penulis. Jika moto GP terdiri dari berbagai tim yang saling bersaing,
grup penulis merupakan satu tim yang saling berbagi. Sehingga yang sampai di
finish lebih awal, akan siap berbagi trik kepada rekan yang ada di belakangnya.
Sebagaimana persaingan para sahabat Rasulullah Saw. dalam ilmu dan amal.
Pelajaran selanjutnya yang saya
dapat dari Sang Juara moto GP Jerman kemarin. Godaan hidup mungkin bisa membuat
kita terlempar keluar jalur. Tidak sedikit yang terjatuh kemudian menyerah.
akan tetapi, Sang Juara selalu berusaha kembali ke jalurnya. Sebentar-sebentar mentok
menulis itu biasa. Bahkan ketika saya sendirian, belum punya rekan berbagi
seperti saat ini, saya sempat berhenti menulis sampai beberapa bulan. Alhamdulillah,
saat ini banyak rekan untuk saling membantu dan berbagi. Inilah juga yang membuat
saya untuk selalu kembali ke trek ini, trek untuk menjadi penulis hingga finish.
Ada lagi yang lebih menarik. Tertinggal
posisi puncak selama 24 lap, bahkan sempat di posisi juru kunci, tidak membuat
Marquez minder dan putus asa, ia terus berjuang menggeber motornya. Inilah
mental seorang juara. Daripada maratapi posisinya yang tertinggal mending terus
meningkatkan percepatan motornya, menyalip lawan-lawannya hingga menjadi yang
terdepan. Mental juara inilah yang masti kita tiru. Jika kita main ke toko
buku, banyak sekali para penulis yang sudah memiliki buku best seller. Coba
bandingkan dengan kita, uiiih masih jauh deh kayaknya. Tetapi, daripada kita
memikirkan posisi yang tertinggal, mending kita terus menggeber kemampuan
menulis kita untuk bisa segera sampai ke finish, menjadi penulis best seller.
Aamiiin.
(Ary H. Penulis Pendidik /
19-07-2016)
Mantap. Sng dimudahkan semuanya tmn2 penulis pemula. Aamiin
BalasHapusAamiin...
BalasHapusSaya suka tulisannya, (mungkin karena penggemar motogp jadi motivasinya langsung ngena), izin share ya kak.
BalasHapusAlhamdulillah, boleh pisan...
Hapusmantap banget, Kang!
BalasHapuskeseringan nulis, jadi lancar begini alurnya ya...
luarbiasa...
doakan kami semua ya, Kang!
biar kita bisa main bareng di Podium Penulis nanti...
hehehehe
Aamiin...kang abdur rahman suka merendah. InsyaAllah sama-sama belajar...
Hapus