Kamis, 28 Juli 2016

Rekam Jejak

Sesak...Saat deret waktu telah berlalu
Puing-puing sesal menggerogoti qalbu
Saat bonus mulia berlalu sia-sia
Jejak itu tak tinggalkan bekas
Kecuali hanya 'menyesal'

Waktu...Putarannya tak bisa diulang
Jejak apapun akan terekam
Betapa aku malu...
Jika jejak itu sebuah noktah hitam
Membekas, menusuk relung, menyisa tangis
Namun tiadalah bisa diubah kecuali dengan kepasrahan
Pasrah dan kembali ke titik nol
Menghamba serendah-rendahnya pada Sang Khaliq

Rekaman jejakku...
Aku malu menoleh padanya
Sebab banyak hal yang sungguh telah memenjarakan sisi gelapku
Harusnya mampu menelanjangi egoku
Meluluhlantakkan keangkuhanku
Tapi, kian kecil dan tertinggalnya langkahku
Sekali lagi....aku malu...
Malu pada mereka
Mereka yang melangkah seribu jarak dari titik kuberdiri
Mereka yang berlari bahkan terengah-engah mencapai puncak
Sementara aku....Mendongak dari titik terendah
Berharap "Allah, peganglah tanganku mencapai puncaknya."

Waktu....
Sungguh cepat kau berlalu...
Walau...kau mengubah sedikit sisi gelapku jadi remang
Tapi, inginku gelap itu jadi berkas sinar
Hadirku...bukan cerca pun cela
Tapi rahmat bagi mereka....
Kembalikan aku dalam dekap-Mu

29 Ramadhan 1434 H/ 1 Syawal 1434 H
Di penghujung malam sang Dhoif menghiba kasih-Nya

Sidikalang, Sumut

aL-KhaNza DemoLisher di 23.12 wib
Agustus 2013

Sabtu, 23 Juli 2016

"Daun yang Tersisa"

Sungguh telah menanam sebatang pohon bunga
Sebenarnya aku tak yakin bisa menjaganya
Bisa merawatnya setiap saat tiba
Namun, akhirnya kucoba
Kita akan bisa belajar seiring waktu berjalan

Benar saja
Tanaman itu bisa
Tumbuh dengan suburnya
Berdaun lebat dan menghijau ia
Aku bahagia
Hatiku mulai berbinar olehnya
Dan kucukupkan diri hanya bersamanya saja
Kuyakin ia akan berbunga
Dan menebarkan keharuman serta indah rupa

Aku sedikit alpa
Rupanya pohon bisa menggugurkan tangkai, ranting dan dedaunannya
Sehelai demi sehelai daun berjatuhan ke tanah di bawah sana
Tinggallah satu daun yang tersisa
Sedih mendekap asa
Harus kuapakan ia?
Bisakah ia bertahan dan tetap sedia?
Mampukah ia hijaukan warna angkasa?

Aku kembali alpa
Kita masih ada
Meski tiap batangnya berdiri di berbagai pelosok dunia
Kita masih ada tenaga
Ingat masih ada Dia
Daun pun bisa menumbuhkan tunasnya
Dengan izin yang Maha kuasa

Nor Aliyah
Kandangan (Kalsel), 24 Juli 2016

Kamis, 21 Juli 2016

"Pemersatu"

Kala iman mengikut firman
Pola pikir khas
Pikiran berhubungan
pada perasaan
Pola tingkah khas
bertingkah pun menghubungkan
pada pemahaman

Meyakinkan
Yakin jadi pemersatu
Menyatukan dengan dua hal
Hati dan akal
Pemikiran mengikat rasa mau
Menyelimuti dalam keseluruhan

Nor Aniyah
Kandangan (KalSel), 21/07/2016

Rabu, 20 Juli 2016

Tunggu Aku

Purnama terbit matahari terbenam
Matahari terbit bulan yang terbenam
Silih berganti siang dan malam
Namun amarahku tak kunjung padam

Marahku untuk mereka yang menghina Islam
Yang berdiri angkuh berbuat yang kejam
Menjajah saudaraku dengan dunia kelam

Ingin kutusuk dengan belati tertajam
Tapi diriku masih kecil perlu disulam

Tunggu aku, wahai penghuni jahanam
Ini ancam bukan sekedar ancam
Kan ku lumat kau dengan penuh 'azzam
Khilafah yang dinanti, kan buatmu tenggelam

Medan, 16 Syawal 1437 H / 21 Juli 2016
Abdurrahman

Langkah Praktis Menulis via Blog Mulai dari Nol

Rekan-rekan semua, berikut akan saya paparkan bagaimana tips praktis membuat blog dengan blogger. Mari kita ikuti langkah-langkah berikut :

  1. Bagi yang belum punya email, masuk ke www.gmail.com
  2. Pilih Buat akun
  3.  Isi formulir pada tampilan berikut dan ikuti langkah sampai konfirmasi bahwa email sudah aktif.
  4.  Jika email sudah aktif, silahkan masuk ke www.blogger.com

  5. Klik Tambahkan Akun pada tampilan berikut :
  6. Setelah muncul tampilan di bawah ini, Masukkan email rekan-rekan semua, sebagai contoh saya masukkan email saya ary.smknkadipaten@gmail.com, klik berikutnya, lalu isikan password email rekan-rekan semua.
  7. Pilih Buat Profil Google+ lalu ikuti langkah selanjutnya (saya sarankan memakai identitas sesuai KTP, karena kita sedang membuat kartu nama di dunia maya). Sampai muncul seperti di bawah ini atau yang semisalnya (mungkin tampilan berbeda-beda tergantung lengkapnya langkah yang diambil). Lalu, pilih Lanjutkan ke Blogger
  8. Pilih Blog Baru pada tampilan berikut :
  9. Isi Judul, ini akan menjadi judul blog rekan-rekan semua. Misal saya isi judulnya Penulis Rajin Berbagi (Silahkan rekan-rekan cari judul yang menjadi kekhasan masing-masing).

  10. Kemudian isi alamat, usahakan yang mudah untuk dihapal oleh orang lain ya. Ini tidak mesti sama dengan judul blog. Tetapi karena saya buat contoh, saya bikin sama saja. Oh iya, alamat harus ditulis menyambung berupa huruf semua (tanpa spasi). Blogger akan memeriksa ketersediaan alamat, jika memang alamat kita belum pernah dipakai oleh orang lain, akan muncul Alamat blog ini tersedia. Dan pastinya di belakang alamat yang kita tuliskan akan ditambahi .blogspot.com atau blogspot.co.id. (Catt: ke depannya bisa kita ubah jika kita ganti domainnya). Kemudian pilih Template sesuai selera, saya memilih Sederhana.
  11. Tarik scroll ke bawah, pilih buat blog, lalu tunggu sebentar hingga tampilan layar seperti ini :
  12. Alhamdulillah...!!! Blog kita sudah jadi. Eits, tunggu dulu! mari kita klik Lihat Blog kok kosong seperti ini?
  13. Iya karena kita belum entri karya apapun. Mari kita klik Entri Baru di sudut kanan atas.  Hingga muncul tampilan berikut :
  14. Mari mulai berkarya! Kita isi Judul pos. Kemudian kita isi badan tulisan, untuk pertama bisa kita isi dengan Insert Image dengan meng-klik ikonnya.
  15. Kemudian Pilih File pada tampilan berikut :
  16.  Setelah gambar dipilih dan muncul tampilan berikut, yakni gambar yang kita pilih. Klik Add selected. 

  17. Maka kita akan kembali ke rancangan tulisan di blog kita. Mari kita isi tulisan, bisa juga kita copas dari tulisan yang ada di Ms Word.
  18. Kita klik Label. Kita isi sesuai dengan jenis tulisan kita, misal Artikel, Puisi, Cerpen dan sebagainya. Karena tulisan yang saya buat adalah Artikel, maka saya tulis Artikel.

  19. Lalu kita klik Simpan (jika masih draft) dan klik Publikasikan (jika sudah fix dan siap dipublikasikan).
    Catt : jika muncul seperti di bawah ini, ini adalah layanan Google+, maka tulisan kita pun bisa langsung di-share di Google+.
  20. Alhamdulillah, blog kita sudah terisi Artikel bermanfaat !
    Sebagai tambahan, jika rekan-rekan melihat tanda ikon ini hanya akan muncul jika kita masuk sebagai admin. Ikon itu merupakan salah satu fasilitas untuk mempermudah kita memperbaiki tampilan blog. 
     Rekan-rekan penulis semua, sekian dulu ya tips membuat blog dari saya. Untuk blog yang saya buat contoh barusan, bisa diakses di http://penulisrajinberbagi.blogspot.co.id/. Selamat berkarya! Semoga tulisan singkat ini dapat bermanfaat, serta bisa membantu untuk Personal Branding kita masing-masing. Aamiin. (Ary H. - Penulis Pendidik binaan Akademi Menulis Kreatif)

"Nasihat Terbaik"

Dunia menunggu tutur lisan
Dari muda mudi
Dengan kata
Menyeru pada kebajikan
Mencegah dari yang mungkar

Wahai, muda mudi
Tertulis dalam Islam, agama kalian
Ada visi menyampaikan
kepada seluruh insan
Suatu kewajiban yang indah

Nasihat terbaik kalian
Tanda peduli sesama
Tanpa ragu, malu atau jemu
Mengingatkan kala lupa
Ini adalah wujud kasih cinta

Saudara, keluarga, teman
rumah, sekolah dan kantor
Kalian ada di depan, di sisi
Selalu ada di antara
Di tengah-tengah umat manusia

Para pengemban nasihat terbaik
Muda mudi dalam barisan
Pengibar panji dakwah
Demi meraih bahagia
Hidup dinaungi keridhaan-Nya

Nor Aniyah
Kambang Basar,
Kandangan (KalSel), 20/07/2016

"Ironi Sebuah Negeri"

Hari ini,
Aku dengarkan bait-bait kata yang berarti
Ungkapan kebenaran
Dari seseorang yang melihat
Fakta negeri penuh tragedi

Hari ini,
Aku pun tergetar mendengarkan
Nurani ikut mendidih
Pilu nyeri menyerang pangkal hati
Tak sekadar untaian kata dan makna yang teresapi
Tidak pula diksi yang indah tersusun rapi

Bukan!
Tapi lebih dari itu
Mata inipun telah nanar
Nampak saksikan  semuanya begitu nyata
Penderitaan, kerusakan, kesedihan menimpa mereka

Sungguh memilukan penduduk negeri penuh tragedi
Telah nampak semua terjadi
Karena ulah tangan siapa?
Sungguh dalam demikian itu
Terdapat peringatan lagi pelajaran
Bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan

Terinspirasi dari puisi "Negeri Tragedi" by Pujangga Khilafah

Nor Aliyah
Kandangan (Kalsel), 20/7/2016

Selasa, 19 Juli 2016

Belajar dari Sang Juara

Sebenarnya saya sangat jarang menonton balapan Moto Grand Prix, atau Moto GP.  Saya juga lupa entah sudah berapa tahun tidak menontonnya. Yang pasti, sudah 2 tahunan tidak ada siaran televisi di rumah. Kebetulan saja sekarang saya sedang di rumah mertua, saya bisa menonton GP Jerman yang berlangsung di Sachsenring (17/7/2016). Balapan yang dimulai dalam kondisi trek basah semakin menghibur para penggemarnya.

Yang menarik dalam balapan tersebut adalah kegigihan Sang Juara, Marquez. Meskipun start di urutan yang pertama tidak menjadikannya mulus menjadi seorang juara. Bahkan pada saat trek uji coba saja, pembalap dari Tim Repsol Honda ini hampir mau terjatuh. Lap pertama pun ia langsung berada pada posisi ketiga. Pengemudi motor Honda RC213V ini pun ketinggalan posisi puncaknya selama 24 lap dari 25 lap balapan. Tidak hanya itu saja, pada lap ke-10 ia hampir saja celaka karena keluar dan hampir terjatuh di jalur pasir, untung saja ia masih bisa mengontrol laju motornya dan kembali ke treknya. Namun tentu hal itu harus dibayar mahal dengan menjadi urutan yang paling bontot. Akan tetapi, kepintaran strateginya masuk pit lebih awal mampu menjadi kuda troya bagi para pesaingnya yang terlena berbalap ria. Strategi inilah yang mengantarkan Sang Juara finish di posisi terdepan dengan waktu tercepat 47 m 3,239 detik, padahal ia hanya memimpin pada lap terakhir saja. 

Kegigihan Sang Juara inilah yang menarik bagi saya. Jika jalur yang telah kita pilih laksana trek balapan, tentu butuh ketetapan hati untuk terus berada dalam lintasan. Apapun yang terjadi, urutan ke berapa pun kita. Jika memang kita ingin sampai ke finish, tentu kita mesti terus bertahan di dalam lintasan. Dalam hidup ini, tidak sedikit orang yang memilih trek yang sama dengan kita, ia start lebih awal tetapi kemudian tertinggal. Atau bahkan hal tersebut menimpa kita sendiri. Kita belajar menulis lebih awal, tetapi ternyata orang lain yang menghasilkan karya terlebih dahulu. Kita duluan belajar bahasa Inggris, ternyata orang lain yang duluan bisa menerjemahkannya. Atau mungkin kita yang duluan belajar bisnis, orang lain yang duluan sukses. Berbagai kejadian tersebut bukanlah hal aneh dalam hidup ini. Tetapi apa yang dilakukan oleh para juara, tiada lain adalah konsisten untuk tetap berada dalam jalur. Meskipun harus menjalankan motornya secara lebih pelan karena trek yang basah, Marquez tetap pada jalurnya. Ia tidak menyerah meskipun harus tertinggal di urutan ke-6, bahkan hal itu ia manfaatkan untuk mengambil masuk pit lebih awal. Ia siapkan strategi dan energi untuk mampu melaju lebih kencang.

Sudah menjadi sunnatullah, tidak mesti orang yang memulai sesuatu lebih awal selalu berada pada posisi terbaik dan terdepan. Dalam menapaki jalur hidup ini, kita juga membutuhkan konsistensi dan komitmen. Syuhada pertama dalam peperangan kaum muslim, bukanlah orang yang pertama masuk Islam, beliau adalah Hamzah Sayyidusy-syuhada. Khalifah kedua, Amirul Mukminin Umar bin Al Khaththab r.a., bukanlah orang pertama masuk Islam. Bahkan pada saat masih jahil, beliau pernah berniat membunuh Nabi Muhammad Saw. Meskipun ada juga orang yang selalu menjadi terdepan dan terbaik seperti sosok Abu Bakar Ash-shiddiq r.a., beliau termasuk kelompok yang pertama masuk Islam, serta sahabat terbaik Rasulullah Saw. Ketiga sahabat ini start masuk Islamnya berbeda, tetapi konsistensi dan komitmen hidup di jalur Islamnya, sama sekali tidak diragukan.  

Jika kita sudah memilih trek ini, yakni menjadi seorang penulis. Mari untuk tetap konsisten dan komitmen untuk bertahan hingga sampai ke finish. Meskipun mungkin ada yang sampai lebih awal dibandingkan yang lain.

Analogi saya bukan berarti menghadirkan kompetisi di antara kita. Ada perbedaan yang nyata antara moto GP dan grup penulis. Jika moto GP terdiri dari berbagai tim yang saling bersaing, grup penulis merupakan satu tim yang saling berbagi. Sehingga yang sampai di finish lebih awal, akan siap berbagi trik kepada rekan yang ada di belakangnya. Sebagaimana persaingan para sahabat Rasulullah Saw. dalam ilmu dan amal.    

Pelajaran selanjutnya yang saya dapat dari Sang Juara moto GP Jerman kemarin. Godaan hidup mungkin bisa membuat kita terlempar keluar jalur. Tidak sedikit yang terjatuh kemudian menyerah. akan tetapi, Sang Juara selalu berusaha kembali ke jalurnya. Sebentar-sebentar mentok menulis itu biasa. Bahkan ketika saya sendirian, belum punya rekan berbagi seperti saat ini, saya sempat berhenti menulis sampai beberapa bulan. Alhamdulillah, saat ini banyak rekan untuk saling membantu dan berbagi. Inilah juga yang membuat saya untuk selalu kembali ke trek ini, trek untuk menjadi penulis hingga finish.

Ada lagi yang lebih menarik. Tertinggal posisi puncak selama 24 lap, bahkan sempat di posisi juru kunci, tidak membuat Marquez minder dan putus asa, ia terus berjuang menggeber motornya. Inilah mental seorang juara. Daripada maratapi posisinya yang tertinggal mending terus meningkatkan percepatan motornya, menyalip lawan-lawannya hingga menjadi yang terdepan. Mental juara inilah yang masti kita tiru. Jika kita main ke toko buku, banyak sekali para penulis yang sudah memiliki buku best seller. Coba bandingkan dengan kita, uiiih masih jauh deh kayaknya. Tetapi, daripada kita memikirkan posisi yang tertinggal, mending kita terus menggeber kemampuan menulis kita untuk bisa segera sampai ke finish, menjadi penulis best seller. Aamiiin.


(Ary H. Penulis Pendidik / 19-07-2016)

Senin, 18 Juli 2016

"Pandangan Hidup"

Di antara pilihan-pilihan
Atau banyak hal mendera
Membuatku mulai bimbang

Masalah hidup
Memilih arah menuju
Kala menemui cobaan
Godaan pun mencoba datang

Melihat hamparan
Tapi terasa sempit
Padahal dunia lebar
tak sekecil telapak tangan
Bumi Allah itu luas

Sejenak berpikir ulang
Meneruskan atau berhenti
Namun, semua ini akan tetap
terus berlanjut

Mencari pemecahan
secara benar
Aku harus menentukan
dengan satu bimbingan
Mengambil pandangan hidup dari-Nya

Nor Aniyah
Kandangan (KalSel), 19/07/2016

Minggu, 17 Juli 2016

"Jalan Yang Lurus"

Khawatir lantaran
hambatan
Pikiran sempit
berkelok-kelok
Arahan akal berlaku

Prosedur bebas
bertalian
Titik terang
ingin ditempuh
memintas maju

Putaran arloji
sebagai saksi kejadian
Rumput taman
dekat tugu monumen
Aliran angin samping
Tiang layang pencakar langit

Lokasi tolong
Jarang memanjang
Akankah maksud
mundur selesaikan?
Fakta mencuat
Tidak ditemui solusi juga

Tempat pengadilan
berselisih
Rapat damai
mencapai keputusan
Menyentuh untung rugi
Sejatinya tidaklah sepemahaman

Lewat kompromikan
tata gerak
Mengikuti kanal
buntu sesat
Macet, kurang lancar
Bukan alasan mengambil tawaran

Lubang permukaan
Setapak memandang
melekati peraturan ruang
Adalah perantara masuk
lorong dalam
Bencana akan telak mendapati

Susunan alat rapi
mengerucutkan bukti
Cepat mengitari pengungkap
terusan tengah
Rupanya serong sasaran itu
Bakal dijadikan kendaraan

Lalu lintas perundingan
Bukan saluran mufakat
yang patut
untuk diperhitungkan
Berpindah simpang
telapak haluan
Puncak orbit kebendaan
yang hanya mengacaukan

Tetaplah lurus!
Di jalur kanan rel
seimbang di atas garis
Sarana mesti sejajar
metode yang dicontohkan

Derap sesuai langkah
dalam jalan lurus dakwah
arah yang benar
akan dapat membawa
selamat pada tujuan

Nor Aniyah
Kandangan (HSS), 17/07/2016

Saat Salah

Di saat salah
Pun tak tahu kita salah
Yang paling mudah
Melempar kesalahan

Di saat salah
Dan tahu kita salah
Yang paling mudah
Menimpakan kesalahan

Salah benar bercinta buta
Benarku dan salahmu
Itulah saja
Peduli amat dengan fakta
Peduli amat dengan logika

Di saat salah
Yang paling susah
Sadar diri bahwa kita salah
Biarlah salah tertimpakan
Kepada Allah Swt kuserahkan
Atas segala tuduhan

(Ary H. - Selong, 13 Syawal 1437 H)

Sabtu, 16 Juli 2016

"Janji Tafakur"

Nanar
Baru tersadar
Telah banyak berujar
Takut tergolong bagian ingkar

Terlanjur
Kata memutar
Tak lagi mengundur
Yang mudah terucapkan keluar

Tersungkur
Susah tidur
Kala jatuh berlumur
Bersihkan dulu dari lumpur

Tafakur
Janji terikrar
Harus tetap mengukur
Dengan segenap usahakan membayar

Nor Aniyah
Kandangan (KalSel), 16 Juli 2016

Menunggu Jodoh

🍃Menunggu Jodoh🍃

Mata resah pancaran kalbu
Sejuta kunang-kunang mengambang sendu
Enggan merayap waktu berlalu
Entahkah sampai rindu dituju

Sunyi Anggrek Turun Dayang
Gemulai turun dilindung bayang
Mengintip sepi di hunjuran
Tergugu luruh dalam lamunan

Duhai idang si galuh langkar
Bulan tak sesepi hutan belukar
Luaskan tatapmu selengkung langit
Yang senasib tidak sedikit

#Eva-Kandangan, 16 Juli 2016

Anggrek Turun Dayang=Anggrek khas pegunungan meratus.
Idang = panggilan kesayangan
Galuh = anak perempuan
Langkar = cantik
Hunjuran = lereng gunung

Jumat, 15 Juli 2016

Manusia Bertingkah

saat manusia mulai bertanya
saat manusia mulai menjawab
saat manusia mulai bungung
saat manusia mulai hancur

saat manusia terus menggali,
dalam dan lebih dalam lagi,
mereka kira sampai tujuan,
ternyata..
seperti menggali inti bumi,
mereka kira dapat emas,
justru lahar panas yang didapat,
siap membakar tubuh mereka,
itulah manusia yang bertingkah

Masamba,  16 Juli 2016
Endah Inqilaby

SEJATINYA

FIS di Aljazair dikudeta
Mesir dikudeta
sekarang Turki dikudeta
masih belum cukupkah?

sementara Rasul tercinta
telah memberi contoh nyata
sejatinya teladan

perjuangannya dibimbing wahyu ilahi
sejatinya tuntunan

akankah tetap berpaling?

Pojok Melong Raya,16 Juli 2016
Hera Anggarawaty

Hari Bahagia

Hari Bahagia

Siulan burung-burung kecil mengiringi pagi
Sinaran mentari tertutupi mega putih
Motor melaju saling mendahului
Kugiring langkah menuju tempat bahagia

Tenda-tenda ditegakkan
Kursi-kursi berdampingan bershaf-shaf
Warna-warni warna hati
Jantung berdebar menanti waktu yang dinanti

Langit seakan runtuh
Janji suci telah terucap, alhamdulillah
Janji hati tertunai
Pahala tertuai

Barakallahu lakuma
wa baraka alaykuma
wa jama'a baynakuma
fii khair

Semoga Allah memberkahi
Tuk ustadzah Asy dan ustadz Budi
Semoga Allah berikan rahmat-Nya
Tuk naungi keluarga mereka
Yang diawali hari bahagia, hari ini

RWijaya
Loa Janan ulu, 16/07/16, 09.17

#FastWriting
#MuslimahMenulis
#MenulisItuBerbagi
#AkademiMenulisKreatif

HIDANGAN ITU

hidangan itu
diperebutkan
saling sikut
disantap dengan rakus
disayat-sayat
bak daging dalam piring
sebatang garpu menusuk
bagaikan sentuhan akhir
siap mengantarkan
menuju mulut-mulut lapar yang menganga

hidangan itu
manakala kaum muslimin dibantai
di Rohingya
Palestina
Suriah
Afganistan
Kashmir
dan tempat-tempat yang tersembunyi
di ujung peta dunia

tersembunyi dari media
pun dari mulut-mulut pegiat HAM
tak terkecuali PBB si juru damai

OKI bisu
Rabithah Alam Islami kelu
para pemimpin muslim hanya mengutuk

hidangan itu
manakala kaum muslimin dibuai
dengan iming-iming investasi asing
bagai balutan madu
yang diam-diam menyelimuti racun
memang sejatinya  riba yang mencekik

hidangan itu
manakala kaum muslimin dibelai
dengan janji palsu lima tahun sekali
itu terjadi di salah satu sudut bumi

hidangan itu
akan tetap jadi hidangan
selama tak ada khilafah
perisai kaum muslimin

.Cimahi,15 Juli 2016
Hera Anggarawaty

Dalam Dekap Penjajah

Terhina dina
Tenggelam dalam kelam
Di palung lautan dalam
Gelap terdekap
Pasrah dan tak mau kembali

Terlena dalam belaian
Diracun dalam buaian
Mati atau hidup
Tak tahu lagi
Hanya cintakan dunia
dan takutkan mati

(Ary H. - Selong, 10 Syawal 1437 H)

Kamis, 14 Juli 2016

"Buku Inspirasi"

Gawat nih,
Buku inspirasi lamaku
Tinggal beberapa lembaran tipis
Bagaimana aku bisa menulis?

Tenang lah,
Hari ini ikutlah denganku ke sana
Kulihat banyak buku inspirasi baru
Di seberang jalan dalam toko kayu

Wah,
Apakah ini mahal?
Aku belum cukup uang
Tak satu pun bisa kubawa pulang

Oh,
Siapa bilang ini dijual?
Ini gratis kok, kata Pemiliknya
ambil saja sebanyak-banyaknya

Benar kah,
Dia memberikan semua orang buku
dengan cuma-cuma
Mungkin kah Dia kaya, Maha Kaya?

Ya, sungguh
Pemiliknya bilang,
Tulislah di tiap halaman!
Yang senang kaulihat kelak di hari kemudian

Nor Aniyah
Kandangan (HSS), 15/07/2016

Tugas Penulis

Menjadi penulis? Wah pengen banget tuh! Apalagi jika mampu menghasilkan karya-karya yang melegenda, tulisan-tulisan yang melintas jaman, cerpen-cerpen yang keren, opini-opini yang kaya solusi serta puisi-puisi yang membelai hati. Mantep banget ya, para penulis sepertinya mudah saja mengalirkan kata-katanya.

Berbagai karya yang dihasilkan para penulis tentu bukan tanpa proses. Ada beragam aktifitas yang menyertainya, atau kalau kita memasak tentu ada bahan dan bumbunya. Tetapi, semua itu tentu tetap bertumpu pada tugas utamanya, yaitu menulis.

Menulis, itulah tugas utama para penulis. Bukan mengedit apalagi mengkritik. Dijamin ga maju-maju deh kalau kita mencoba menulis sambil mngedit dan mengkritik. Bisa-bisa belum satu paragrap tertuliskan, sudah bingung duluan menulis dan menghapus susunan kalimat. Iya kan? Syukur alhamdulillah jika tidak, berarti teman-teman sudah selangkah lebih maju daripada saya. Kalau saya sendiri, benar-benar mengalami kebingungan menyusun kata atau cerita. Karena seringkali sambil mengedit dan mengritik. Baru nulis satu kalimat, sudah dinilai sendiri kemudian diedit sendiri. Begitulah yang saya alami.

Kok saya tetap tidak bisa ya, tetap saja ingin mengedit dan menganalisa tulisan sendiri. Iya tentu itu tetap harus dilakukan, jika kita ingin menghasilkan tulisan terbaik yang akan kita persembahkan. Namun tentu ada tekniknya. Untuk para penulis pemula, sebaiknya menulislah sebebas-bebasnya terlebih dahulu. Karena memang tugas para penulis adalah menulis. Nah, jika kita ingin mengedit dan menilainya, endapkanlah dulu tulisan kira dalam beberapa saat, bisa satu atau dua hari. Setelah diendapkan, barulah tulisan dibaca dan diedit kembali, diperindah dan diperhalus.

Itulah tugas utama para penulis, yaitu menulis bukan yang lain. Selanjutnya, ada tugas tambahan yang membantu para penulis memperkaya dirinya. Apa sajakah itu? Tugas tambahan itu antara lain adalah membaca, mencatat kosa kata baru, mengupdate berita serta menikmati karya-karya masterpiece sastrawan dan jangan lupa pula untuk rekreasi ke lokasi yang menenangkan. Jika tugas utama dan tambahan tersebut dijalankan secara rutin, insyaAllah kita bisa menjadi seorang penulis. Selamat mencoba!

(Ary H. - Pendidik, Penulis, Blogger dan Online reseller)

sebait tentang ABK Indonesia

Duta darah pamit jadi pegawai
Merah-merah seragam yang ia pakai jadi
Digantung ancam. Diancam gantung
Dari ranah apakah jadi tanah?

Potter Bee

"Lebih dari Teman"

Bukankah aku selalu mencelamu?
Tapi, kau merobek kerudung terbaikmu
dan membalutkan luka di tanganku

Bukankah aku selalu menuduhmu?
Tapi, kau menuang air di gelasmu
dan menghilangkan dahagaku

Bukankah aku selalu membencimu?
Tapi, kau menyapu jilbabmu
dan membersihkan debu itu dari sepatuku

Bukankah aku selalu memusuhimu?
Tapi, kau datang saat aku memanggilmu
dan menjawab semua pertanyaanku

Bukankah aku mencela, menuduh, membenci, memusuhimu?
Kau bilang 'Kau adalah temanku'
Tapi, kenapa kau tidak membalas kejahatanku padamu?
Kenapa kau lebih baik dari temanku?
Kau bilang 'Karena Allah memerintahkanku seperti itu'

Kau lebih dari temanku,
maukah kau menjadikan aku temanmu?
'Ya, kau lebih dari sekadar teman bagiku'

Teman, aku akan menjaga namamu
Menjaga kehormatan dan membelamu
Aku akan selalu di sisimu bergerak bersamamu

Nor Aniyah
Kandangan (KalSel), 14 Juli 2016

"Waktu dan Kesempatan"

Allah memang Maha baik
Terhadap semua hamba
Terbukti Allah memperhatikan kita
Allah tetap berikan kita waktu dan kesempatan
Harapan untuk menjadikan diri lebih baik

Hari ini
Jam ini
Menit ini
Detik ini
Dan mungkin terselip lewat coretan singkat ini

Demi masa
Pabila kau ingin berbenah
Maka gunakanlah
Waktumu sekarang
Bukan besok atau lusa

Waktu
Lompatan cepat
Detik demi detik
Detik berikutnya
Bisa jadi engkau telah tiada

Nor Aliyah
Kandangan (Kalsel), 13/7/2016

"Api dan Air"

Aku api, kau air
Aku api yang membakar, menghancurkan
Kau air yang menyejukkan bumi
Aku tak bisa jadi air
Kita saling berlawanan siapa terhebat
Kau bisa kah jadi api?

Kau api, aku air
Aku dan kau beda khasiat
Kau dan aku ada kelebihan kekurangan
Aku pun tak mungkin jadi api
Kita jangan saling berdebat
Kau jadi lah api terkendali, hangatkan bumi

Nor Aniyah
Kandangan (KalSel), 13/07/2016

Belajar Mengajarku

Belajar_Mengajarku
Terdampar aku
Terjebak selembar bubur kayu
Asa yang terpenjara
Tersadarlah aku
Dunia tak selebar syahadah
Mimpi tak perlu dihapus
Belajar mengajar tetaplah aku
Biarlah risalah tertuliskan
Apapun aku tertera
Belajar mengajarku
Mengajar belajarku
Selalu aku


(Ary H. - 7 Syawal 1437 H)

BARA DALAM SEKAM

Impian selalu jadi umpatan
Tujuan selalu jadi celaan
Saat mimpi menyata
Kala tujuan tercipta
Tertutup mulut para pengumpat
Terbisu lisan para pencela
Koar berbusa pun percuma
Hanya nyata dan fakta
Itulah yang diminta
Semua akan tiba
Pada satu masa


(Ary H. - 7 Syawal 1437 H)

KITA DAN KEPULANGAN

Jenak kita singgah
Berkumpul dan istirah

Tawa dan canda
Kue dan riaya

Sanak saudara terkumpul
Senyum menyimpul

Namun,
Kita musti beranjak

Di sini hanya persinggahan
Kita wajib pulang


Apu Indragiry
KRL Jakarta-Bogor 11.7.16 10:14

"Surat untuk Penghuni Bumi yang Diberkati"

Untuk saudara kami
Para kekasih Allah
Al-Aqsha yang diberkati
berkah umat yang beriman

Segenap puji milik-Nya
Shalawat salam tercurah
bagi Rasulullah
shahabat dan kaum yang setia

Kami telah mendengar adanya
suara untuk pertolongan
di hari seruan kesungguhan
dari masjid milik seluruh Muslim

Engkau menyeru berpegang teguh
dengan petunjuk
Sang pembeda hak dan bathil
mengikuti yang benar
menentang yang salah

Engkau mengingatkan
penuhilah pada keterikatan
hukum yang memberi kehidupan
menerapkan firman
yang dengannya
dikumpulkan hati manusia

Kami akan menyambut seruanmu itu
berdakwah mengemban bantuan
bergerak untuk membebaskan
kiblat yang dikuasai
kafir munafik pembangkang aturan Tuhan

Sambutan rakyat seluruh muka pelosok pun
turut berbondong-bondong merespon
tekad keinginan pertama
menerima yang sama
berpegang pada simpul
tali agama

Meski proyek bersepuh
harapan persahabatan dari Barat
para penjajah, penjarah
yang keji dan berbahaya
mampu lenakan orang-orang
Tak akan memperdayakan kami
Misi mereka mencerai-beraikan persaudaraan
agar berpecah-belah persatuan
Itu tak akan kami biarkan!

Kami akan tetap tegak berdiri
Mengambil pelajaran pada metode kenabian
Laki-laki, perempuan
Terus mengabarkan berita
tentang kabar gembira
Khilafah Rasyidah
yang disampaikan Rasulullah
Sang utusan pembawa keterangan
yang diwasiatkan-Nya

Yakinlah, saudara kami
Kami pun memohonkan segera sirna
Sakit yang meremukkan kalian
yang membatasi itu
kelak akan terbayar
anugerah, kekuatan dan kemuliaan

Wahai penghuni bumi
yang kami cintai
Demikian pesan diujung pena
dalam secarik kertas buram
Cukuplah Allah sebagai pelindung
Sang Pemilik semesta alam
Dia ada bersama kita
Wassalam

Nor Aniyah
Kandangan (KalSel), 11 Juli 2016

"Laporanku"

Bunyi berdering singkat, sebuah pesan
Masuk memakan fungsi kerja pikiran
jam bagi laporan tugas rumah mingguan!

Harusnya aku memang dikenai hukuman
Denda dipotong jumlah bonusan
Duh, aku menyesal kehilangan cek pahala kewajiban!

Aku sadar ada dalam keterlambatan
Agenda dan data rangkuman catatan
Amanah penting itu, kenapa bisa kulupakan?

Ma'af, aku khilaf ketika menuliskan
Jadwal pokok itu terasa berdekatan
Demikianlah hasilnya individu, kadang jumpai keterbatasan

Bagiku, ini ingatkan tentang sebuah tantangan
Persis pembuktian sepanjang menepati tenggat pembuatan
Berusaha siap mengirim serangkaian kutipan

Baiklah, aku janji akan lebih awal melaporkan
Aku juga takut, kelakuanku ini dilaporkan
pada Yang Kuasa yang punya Kewenangan

Nor Aniyah
Kandangan (KalSel), 10/7/2016

"Galuh"

"Galuh"
Galuh
Siluet rupa
kulit kuning langsat
putri Uma Abah
turunan orang banua

Galuh,
lembut pemalu
baik tutur
pupur manis
dandanan bersahaja sikapmu

Galuh,
gadis berpipi merah
berlesung paras
cerminan kaca permata
layaklah empat lima berdatangan

Galuh,
Tak usah kau menangis
panas, dingin, basah boleh terjadi
Tak boleh kaburkan lukisan senyummu
dengan corak sasirangan merias

Galuh
Kau cantik dengan baju kurung itu
Sekelebat pun tak teruntai rambutmu
Senantiasa terjaga kerudung, berbalut jilbab kembang melati

Galuh
Kau adalah pilihan
Bukan karena silauan cahaya
kau mutiara tersimpan
hijau alam sebaik-baik gambaran

Diyang Galuh
Kau pribadi murni
Syakhshiyah bertinggi ilmu
Itulah yang memikat hatiku
Di bawah bubungan kayu ulin ini

Nor Aniyah
Kandangan (KalSel), 09/07/16

"Salam Rindu Saudariku"

Ku rasa bulan telah terbelah
Berpendar ke mana-mana
Percikan cahaya lembutnya bisa kurasa
Berikan rinai keresahan
Sekaligus juga ketenangan dalam batin

Terimakasih!
Tulus terucap ini untuk akhwati fillah
Meski sering kali ku mencubitmu dan bertingkah
Ku penuh keluh kesah
Kau protes pula sikapku dengan tak mau kalah
Namun, saudariku semua tak seberapa membekas di sini
Tak buat cacat ataupun celah persahabatan ini
Terimakasih,
Karena bagiku kau masih tetap serta dalam setiap langkah

Hem, aku ingat
Apakah kau ingat?
Kadang kita saling berlomba
Berlarian mendahului
Dan aku masih jelas ingat
Saat kita tertawa bersama
Menangis
Saat kita diterpa cobaan, halangan dan rintangan
Berlarian di lorong-lorong harapan
Dan jalanan yang tak rata

Aku ingat
Dan aku lega
Kita berada di jalan yang sama
Meski kita berbeda
Tak selalu harus sama
Namun kita saling melengkapi
Dan kita selalu mengulurkan tangan saat ada yang terjatuh
Dan kita akan saling menarik teman yang tertinggal
Kita akan terus berlari dan melangkah bersama
Demi tujuan yang sama
Dakwah ini

Untuk saudariku
Aku bisa merasakan semangatmu itu
Di manapun
Dan di manapun kau tengah berada
Salam rindu dariku

Nor Aliyah
Kandangan (Kalsel),9/7/2016

DI SUDUT PASAR

suasana hiruk pikuk
Melayani ragam permintaan
Memilih ragam komoditi
Penjual dan pembeli berpeluh

Rupiah berputar
Hanya pada kelompok kecil yang berpunya
Komoditi berpindah tangan
Hanya pada pihak yang berkemampuan
Walau harga begiti menjulang

Pada satu pihak tak terasa isi kantong terkuras
Pihak lainnya berupaya menggendutkan pundi-pundinya

Selalu
Pada setiap waktu
Seiring perut-perut yang senantiasa berseru

Seruan kebutuhan?
Seruan keinginan?
Seringkali tak ada beda
Maka hilang kendali jadi biasa
Karena dalam bingkai kapitalisme itu sah saja

Menimbun
Mengoplos
Menipu
Mengurangi timbangan
Uang palsu
Begitulah jika aturan manusia yang dijadikan pegangan

Keadilan?
Keamanan?
Perlindungan?
Entah dimana
Mengadu jadi tak urung
Sebab proses yang begitu kusut
Begitulah sistem kapitalisme yang amburadul


Melong asih,di penghujung ramadhan,05072016
Hera Anggarawaty

"Di Balik Layar"

Mata-mata memasang pandangan
penuh tanda-tanda kunci
dengan langkah sembunyi-sembunyi
berkedok perbuatan-perbuatan

Coba-coba pantau situasi
macam-macam perkara
di tempat-tempat terbuka
sedikit-sedikit mulai menyusupi

Tangan-tangan ghaib itu berkelidan
mereka beraksi diam-diam
meraup pundi-pundi logam
lantas minum-minum dalam kegelapan

Lihat, bayangan itu tiba-tiba muncul!
bergerak buru-buru menghilang
jelas-jelas ada maksud terselubung
seolah-olah sama, tapi beda asal

Mereka tak nampak dari pintu-pintu luar
hanya dipahami yang di atas rata-rata
hati-hati, selalu berwaspada!
ada yang main-main di balik layar

Nor Aniyah
Kandangan (Kal-Sel), 08/07/2016

Kemenangan Hakiki

[Untuk segenap kawan yang tak sempat bertatap muka]

Kemenangan Hakiki

Gemuruh takbir menggema
Melambung tinggi mengangkasa
Bersahutan memuji Yang Kuasa
Atas nikmat yang tiada terkira

Hari kemenangan menyapa
Bulan ampunan mengalpa
Hati riang juga lara
Apakah diri telah kembali ke fitrahnya

Aku memang rindu hari kemenangan
Tapi aku pun merindu Islam dalam kejayaan
Sebagai buah ketaatan
Tertatih-tatih di barisan perjuangan

Kuinginkan kemenangan hakiki
Bukan kemenangan yang hanya sehari
Yang akan menjaga ketaqwaan diri
serta memuliakan seisi bumi

Harapan besar kutancapkan
Semoga khilafah membersamai hari kemenangan di tahun depan
Agar benar kembali ke fitrah
Dengan menerapkan syariah kaffah

Mutiara berkah mengharum
Terkirimkan do'a sekuntum
Taqaballahu minnaa wa minkum
Shiyaamana wa shiyaamakum
Barakallahu fiikum
wa yassarallahu umuurakum

Mutiara do'a ini mewakili segenap keluarga
Keluarga besar Aziz dan Wijaya
Semoga Allah mengampuni semua dosa kita
juga menerima amal kebaikan kita

RWijaya
Sendawar, 07/07/2016, 22.44

"Sepatu Sang Penyeru"

Roda dakwah berputar cepat ke seluruh penjuru
Di bawah kolong langit-Nya nan biru
Laju risalah kebenaran kian menderu
Seiring decit langkah sepatu sang penyeru

Berlari dan terkoyak pilu!
Kau tetap menggilas ragu
Tak mau terpaku
Menunggu
Terlupakan waktu
Sebab sangka ini masih hari Sabtu

Sepatu sang penyeru
Meski tampak pudar warnamu
Semangat berpijar itu masih tampak di mataku
Kau bertolak dari rasa jemu, melangkah di setiap waktu
Semoga hari ini lahir semangat juang baru
Dari setiap ayunan langkahmu itu

Sepatu sang penyeru
Tetaplah dampingi empumu
Sampaikanlah cinta dan rambu-rambu
Dunia perlu mabda suci ini agar bergerak maju

Nor Aliyah - Kandangan (Kalsel), 7 Juli 2016

"Sembuh untuk Menyembuhkan"

Diagnosa dokter
membuat kusadar
Sakitku telah parah
sulit sekali sembuh
ada racun dalam tubuhku
hilang satu indraku

Sudahlah,
istirahat di rumah
Kau pulang saja
dan semoga
tidak bertambah penyakit itu
ini akan membantumu

Lidahku hanya menelan
racikan yang diantarkan
dari tangan perawat
pil pahit
dosis
sang pembius

Suara batin menjalarkan
Menggetar relung kesadaran
Tubuh mana yang tak sakit?
kala luka itu menyayat
Saat kakinya bengkak
kulitnya terkoyak-koyak
sambil memekik jerit tangisan
yang ditinggalkan

Ah, rambutku hanya rontok
bertebaran!
saat mereka tergeletak
berguguran
Wajahku hanya kusam,
air mukaku redup
sedang muka mereka muram,
air matanya menguap

Aku hanya ditusuk sebilah jarum besi
tatkala mereka dihujani ribuan senapan api
Aku kini hanya tersandar
sementara mereka tengah terbujur
Aku di sini menghindari mati
sementara mereka di sana tak bernyawa lagi
Mereka berpanas terik, tubuh menggigil
Aku duduk bersantai, aku sungguh tidak adil

Oh, aku ingin sembuh
Akan kucarikan sang penyembuh
untuk menolong mereka
Apa obat bagi mereka?
Al-Junnah, itu obatnya
Akan kutemui, akan kucari bila belum ada
Dokter, tolong bantu aku, sembuhkan!
karena aku pun ingin menyembuhkan

Nor Aniyah - Kandangan (KalSel), 07/07/16

Kemenangan dan Pelupaan

Hari ini hari kemenangan
Jangan lupa dua rekaat dhuha yang dikontinukan

Hari ini hari silaturrahmi
Jangan lupa dua rekaat tahajud saat sunyi

Hari ini hari yang fitri
Jangan lupakan kebiasaan memberi

Hari ini hari kemenangan
Jangan lupa tilawah setiap hari yang diazzamkan

Kegembiraan meraih kemenangan
Jangan lupakan ibadah yang diriyadahkan selama ramadan

Karena hari bergembira
Sejatinya ujian itu bermula

Apu Indragiry
Jakarta, 6.7.16 16.30

Idulfitri 1437 H

Desir dada berkalang kata
Kala lantun takbir bergema
Sukma merinding hati pun luruh
Rasa terpusar terhempas jatuh

Selaksa aksara hilang daya
Tuk lukiskan indahnya pesona
Hari suci hari fitri
Hadiah istimewa Penguasa Langit Bumi

Izinkan ku merapatkan sepuluh jari
Haturkan ampun maaf tiada terperi
Tuk gugurkan segala alpa
Sadar diri yang tak sempurna

Untaian doa menyusur awan
Meniti tangga menuju arsy
Ya Rahman Ya Rahim Ya Rabbul Izzati
Moga kemenangan selamanya milik kami

#Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1437 Hijriyah - Taqobbalallaahu minna wa minkum - Mohon maaf lahir dan batin_ Eva dan keluarga_#

"Hari Raya"

Sebakda ibadah agung 
sempurnakan rukun perintah
Media massa umumkan
tiba rukyat hilal dan bulatkan  bilangan
Wahai Umat Islam penjuru wilayah
kita dapat rayakan sekarang!

Semburat Idul fitri
Satu di antara dua hari kemenangan
yang jadi pusat
Kaum Muslim memperhatikan
mereguk nikmat
semarak tunaikan bulan puasa berisi

Merindu ke meriah suatu zaman
kala menutur besar peradaban
menjaga pesan Rasulullah
pancarkan terang benderang
keberhasilan Khalifah
menyatukan suara belahan
kala petunjuk itu dikumandangkan

Di bawah lindungan Khilafah
kesenangan dan kebahagiaan
jatuh berkumpul tercurah
dalam sambutan raya kebaikan
hukum syara' sebagai landasan
pedoman adab berkah
awali aspek tuntunan
negara mampu mendirikan fitrah

'TaqabbalaLlahu minna wa minkum'
Takbiran
tahlilan
warnai rumah, jalan dan masjid
semua kembali mengucapkan
selamat pertemuan harapan
mendoakan para generasi penerus Imam

Lampu itu telah menyala
zakat para hamba akan ditimbang
Bergabung dalam hiburan
berbalut hal yang boleh, mubah
manusia detail menghiaskan
saat keluar berkunjung
saling bercengkrama gembira

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
lailaha illaLlah waLlahu Akbar
Allahu Akbar waliLlahi al hamd

Nor Aniyah - Kandangan (KalSel), 1 Syawal 1437 H/ 

Saatnya Perpisahan untuk Kemenangan

Waktu terus berlalu
Sekarang Aku berada di penghujung waktu
Ramadhan telah berlalu
Ada haru juga pilu
Bersatu membuncah dalam qalbu

Ada pertemuan niscaya ada perpisahan
Ramadhan, saatnya kau pergi meninggakan

Ada sesak yang membuncah dalam dada karena ditinggalkan
Ada juga haru bahagia karena berjumpa dengan hari kemenangan, 
Ada pula penyesalan kala mengingat kelalaian,

Ini bukanlah akhir perjuangan,
karena sejatinya perjuangan baru akan dimulai, dalam menghadapi 11 bulan berikutnya

Ramadhan adalah bulan pelatihan,
Melatih diri untuk melaksakan perintahNya & menjauhi laranganNya, untuk ketakwaan.

Semoga jiwa dan raga bersih dari segala noda hitam yang melekat
agar layak menapaki syurga dan berkumpul bersama yang taat

Ya Allah, Ampunilah kami
sucikanlah jiwa raga kami, aamiin

٠٠٠تَقَبَّلَ اللّه مِنَّا وَ مِنكُمْ ٠٠٠
٠٠٠كلُّ عامٍ و أنتم بخَيْر٠٠٠
Taqabbalallahu minna wa minkum
Kullu 'am wa antum bikhair

01 Syawal 1437 H
(Suci Fathimah A-Z ~ Palopo, Malam Takbiran)

Ramadhan dan Ketaatan

Tigapuluh hari berjibaku
melawan hawa nafsu

tigapuluh hari berpayah payah
mendendang tilawah
bersujud di tengah gulita dan sunyi
berinfak hingga dompet nyeri

semua lillah

agar dosa terampuni
agar amalan bisa menjangkau langit

semoga ketakwaan saat ramadhan
terawat hingga duabelas bulan kedepan
bahkan hingga akhir zaman

Apu Indragiry 

Kami: AKADEMI MENULIS KREATIF
mengucapkan...
"Selamat Merayakan Kemenangan
Idul Fitri 1437 H"

Taqabbalallaahu minna waminkum
mohon maaf lahir dan batin
jika ada postingan yang kuran berkenan di hati kawan-kawan
Bogor, 5.7.2016 8:48

"Mahal"

Aku terkejut menyaksikan
seorang ibu mengomel
Tergopoh menggendong anak kecil
Kenapa dicubit, Bu?
'Rewel minta jajan mainan'

Kita harus sedikit hemat,
sekolah, pendidikan
berobat, kesehatan
sudah tak terjangkau
semua hal sudah meroket

Pasar ekonomi sulit
Baju, sepatu,
tas, buku
BBM dan listrik, selangit
sembako langka,
jadilah getir berlipat ganda

Segepok uang pengusaha
adalah sumber
pendapatan penguasa
pakaian mewah bermerek
gaya glamor, elegan berkecukupan
dari gaji lembur
amankan segelintir kepentingan

Pengurus kemaslahatan sudah jadi budak
terbungkam harga murah
lupa amanah
obral janji manis
namun, nyatanya di alam rimba kapitalis
hidup rakyat makin tercekik

Nak, bukankah kita punya sendiri?
Minyak, emas melimpah ruah di perut bumi
Bukankah ini hak kita?
hidup terjamin dan berkualitas seperti yang mestinya

Ya, begitulah Bu!
Kita harus membayar mahal
harga sistem
yang diperjualbelikan
oleh pemilik modal
di negeri ini

Nor Aniyah - Kandangan (KalSel), 05/07/2016

Inspirasi dari Air

Terus bergerak bagai air yang menembus celah bebatuan, bahkan seringkali ia menembusnya. 
Semakin dibendung, semakin keras tekanannya. 
Semakin jauh perjalanannya semakin ia menundukkan diri. 
Ia ke bawah bukan dalam rangka hancur dan putus asa, 
tetapi untuk lebih memberi manfaat kepada sekalian makhluk.
Ketika di atas ia meneduhkan, 
ketika turun ia menyegarkan, 
ketika di bawah ia menyejukkan. 
Sepanas-panasnya air, ia tetap mampu memadamkan api. 
Ia pun selalu tunduk pada ketentuan Pencipta-Nya.
Bukankah setiap kita berasal dari air yang hina?

(Ary H. - Selong, 28 Ramadhan 1437 H)

"Pulang Kampung"

Usai menggenapkan masa 
Bermukim di kota raya
Kantor kerja yang jauh
Lelah memaksa panggilan halus itu pupus sekejap

Tersandar pundakku memutar angan
Senyum menjemput ingatan
ongkos tiket
kutimbang-timbang
jumlah yang sudah cukup
mengantar menuju halaman
pulang

Naik angkutan umum
Gang sempit berliku
mencari jalan tikus
potong kompas
Memutus kebiasaan masal
Aku mulai berpetualang

Kepala pusing, perut mengadu mual
Mencari akal agar sampai selamat
Tak sangka berputar-putar
Pergulatan di persimpangan
ini terasa berat

Jalan besar berasap sesak
kendaraan mulai meluapi
saling mendahului
Terperangah menengok hulu-hilir
mobil muatan
Agaknya bakal padat seharian

Darat, laut, udara
Membawakan berita
arus mudik bergelombang
Ingatkan segera percepat langkah kaki
Lembaran itu tinggal hitungan jari

Kusandang sebelah
bekal ransel di bahu penuh
Tas berjejal barang-barang
juga oleh-oleh sejinjing
untuk semua tercinta
yang menunggu di sana

Terbayang lampu teplok sudah menyala hangati
Ruang keluarga
yang bersiap menyambut
menggunung jalinan asa
sebagian anggota yang terpencil dari sisi

Menyusuri ruas setapak
memandang gubuk beratap rumbia di tepian sawah
Rimbunan padi menyeruak
disangga pohon pisang bertunas
Dulu bermula saat kupergi
Kenangan itu makin menggema

Kulihat warga dusun
mulai berduyun-duyun
memikul singkong ke pasar
Tanaman lokal itu
tetap berjaya di hati penduduk

Tegur sapa ramai merekah
Jumpa lumrah tak terelakkan
menyimpan sambung
penggemar salam pertemuan
silah ukhuwah

Kampung nan permai
Aku telah tiba
Di tengah sayup-sayup senja
memenangkan perjuangan dengan lega
Pulang padamu
Kau jadi pusat jelajahku
kini

Kampung setelah lahirku
Kau tempat kembali hari ini
Aku punya wadah bernaung sekarang
Namun, kelak aku pun
harus kembali pulang
pada perkampungan abadi
Kampung setelah matiku

Nor Aniyah-Kandangan, 03/07/2016