Bintang berekor lintas berpijar
Kejap sinar gegas kukejar
Raga memeluk gelimang cahaya
Melayang rasa indahnya cinta
Raga memeluk gelimang cahaya
Melayang rasa indahnya cinta
Serasa kuhirup wangi surga
Sayang tak berlangsung lama
Tiba masa kau melambai sendu
Bunga rindu tlah terangkai padu
Pergi, kini kau pergi
Dan hatiku didekap sepi
Zikir luruh membelah sunyi
Di malam seribu bulan
Sayang tak berlangsung lama
Tiba masa kau melambai sendu
Bunga rindu tlah terangkai padu
Pergi, kini kau pergi
Dan hatiku didekap sepi
Zikir luruh membelah sunyi
Di malam seribu bulan
Seribu bulan bercahaya
Seribu larik sinar membungakan asa
Menjawab ribuan doa
Mengisi relung-relung jiwa hampa
Seribu larik sinar membungakan asa
Menjawab ribuan doa
Mengisi relung-relung jiwa hampa
Malam seribu bulan juga penanda
Hari-hari bahagia akan sirna
Berbilang hari baru kembali
Kutunggu dan kutunggu kau pautan hati
Hari-hari bahagia akan sirna
Berbilang hari baru kembali
Kutunggu dan kutunggu kau pautan hati
Usai lantunan surat Sang Maha Sastra
Hening membayang dalam jiwa
Mendadak terasa kosong hampa
Seakan ada yang tercerabut dari sana
Hening membayang dalam jiwa
Mendadak terasa kosong hampa
Seakan ada yang tercerabut dari sana
Ramadhanku Ramadhanku
Sekejap berlalu
Seakan baru kemarin kau menyapa
Saat kutoleh, kau mulai menjauh
Sekejap berlalu
Seakan baru kemarin kau menyapa
Saat kutoleh, kau mulai menjauh
Ku menggapai miris
Sesal mulai mengiris
Menghitung bulir-bulir tersisa
Akankah sampai pada Yang Kuasa
Sesal mulai mengiris
Menghitung bulir-bulir tersisa
Akankah sampai pada Yang Kuasa
Ramadhanku Ramadhanku
Perjuangan ini belum berakhir
Untaian doaku memenuhi angkasa
Perjuangan ini belum berakhir
Untaian doaku memenuhi angkasa
Ya Allah, izinkan ku mengadu
Ramadhan tlah berlalu
Hati pilu menanggung rindu
Kapankah duri ini tercabut dari kalbu
Sungguh, hanya Ramadhan pelipur galauku
Di tengah kecamuk dunia umatmu
Keluh kesah laksana sembilu
Menikam telak di pusat inderaku
Harapku
Ramadhan selalu
Ramadhan tlah berlalu
Hati pilu menanggung rindu
Kapankah duri ini tercabut dari kalbu
Sungguh, hanya Ramadhan pelipur galauku
Di tengah kecamuk dunia umatmu
Keluh kesah laksana sembilu
Menikam telak di pusat inderaku
Harapku
Ramadhan selalu
(Eva - Kandangan, 29 Ramadhan 1437 H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar