Kamis, 14 Juli 2016

Menumbuhkan Cinta Menulis


Mencintai pekerjaan adalah sesuatu hal yang sangat penting, begitulah pandangan keumuman kita. Bahkan, keahlian seseorang seringkali dihubungkan dengan kecintaannya pada suatu pekerjaan. Mencintai terlebih dulu pekerjaannya, barulah ada garansi untuk menjadi ahli karenanya.
Dunia menulis pun tak luput dari pandangan tersebut. Untuk menjadi penulis, biasanya kita menghubungkannya dengan kecintaan seseorang terhadap aktifitas menulis. Misal, ketika seseorang suka menulis sedari kecil, disimpulkanlah bahwa ia berbakat menjadi seorang penulis. Benarkah mesti demikian adanya?
Penulis tidak membantah adanya kesukaan seseorang terhadap menulis sedari kecil. Mungkin memang benar demikian adanya. Penulis pun tak menampik bahwa mencintai menulis adalah sesuatu yang penting. Karena, cinta menulis akan membuat kita enjoy bersamanya. Namun, penulis kurang setuju jika cinta menulis merupakan bakat bawaan sedari lahir. Sehingga, ia tak bisa disemai dan ditumbuhkan.
Ada dua hal pokok yang bisa menumbuhkan cinta menulis. Yang pertama, cinta menulis bisa disemai dari motivasi utama. Seorang penulis dan penyair muda, Apu Indragiry, sering menekankan pentingnya “AMBAK” bagi seorang penulis. “AMBAK” adalah akronim dari “Apa manfaatnya bagiku?” (“Apa manfaat menulis bagiku?” , pen.). “AMBAK” akan menjadi motivasi utama bagi seorang penulis. Karena fitrah naluriah manusia, mencintai setiap apa yang bermanfaat baginya. Karena itulah, jika kita ingin mencintai menulis maka kita mesti menemukan “AMBAK” kita. “AMBAK” bisa dituliskan, lalu ditempelkan di tempat yang sering kita lihat. Dan yang lebih utama adalah simpan “AMBAK” itu di dalam pikiran dan hati kita, lalu kita zoom hal itu setiap saat. 
Adapun yang kedua, penulis teringat akan sebuah pepatah Jawa “Tresno jalaran soko kulino”, yang artinya “cinta muncul karena sering bertemu.” Bila kita cermati pepatah ini, cinta memang sering muncul dari tingginya kuantitas pertemuan. Sehingga, jika kita ingin mencintai menulis, kita harus sering ‘bertemu’ dengannya. Misal, kita buat program rutin “menulis apapun setiap hari” selama 30 menit. Tanpa perlu berpikir teori dan struktur kalimat, pokoknya menulis apapun. Bisa berupa puisi, cerpen, pengalaman pribadi atau artikel dan opini, pokoknya apapun yang mengharuskan kita untuk menulis. Sarana menulis yang dipakai pun bebas kita pilih, bisa dengan pulpen, HP ataupun netbook. Yang penting bagi kita adalah ‘bertemu’ dengan menulis.

Dengan program rutin “menulis apapun setiap hari”, kita akan diharuskan menulis. Somerset Maugham menegaskan, “We do not write because we want to; we write because we have to.” (Kita tidak menulis karena kita ingin menulis; kita menulis karena kita harus menulis!). (Much. Khoiri, 2014).
InsyaAllah, dua hal pokok tersebut akan menumbuhkan cinta menulis. Ketika cinta menulis telah tumbuh, menjadi penulis profesional pun akan selangkah lebih mudah. Semoga. #Yuk Menulis.

(Ary Herawan, Penulis adalah Guru SMKN Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya)    

1 komentar:

  1. https://www.facebook.com/notes/writingacademy/menumbuhkan-cinta-menulis/1792044804415481

    BalasHapus