Mencintai
pekerjaan adalah sesuatu hal yang sangat penting, begitulah pandangan keumuman kita.
Bahkan, keahlian seseorang seringkali dihubungkan dengan kecintaannya pada suatu
pekerjaan. Mencintai terlebih dulu pekerjaannya, barulah ada garansi untuk
menjadi ahli karenanya.
Dunia menulis
pun tak luput dari pandangan tersebut. Untuk menjadi penulis, biasanya kita
menghubungkannya dengan kecintaan seseorang terhadap aktifitas menulis. Misal,
ketika seseorang suka menulis sedari kecil, disimpulkanlah bahwa ia berbakat
menjadi seorang penulis. Benarkah mesti demikian adanya?
Penulis tidak
membantah adanya kesukaan seseorang terhadap menulis sedari kecil. Mungkin memang
benar demikian adanya. Penulis pun tak menampik bahwa mencintai menulis adalah
sesuatu yang penting. Karena, cinta menulis akan membuat kita enjoy bersamanya.
Namun, penulis kurang setuju jika cinta menulis merupakan bakat bawaan sedari lahir.
Sehingga, ia tak bisa disemai dan ditumbuhkan.
Ada dua hal
pokok yang bisa menumbuhkan cinta menulis. Yang pertama, cinta menulis bisa disemai
dari motivasi utama. Seorang penulis dan penyair muda, Apu Indragiry, sering
menekankan pentingnya “AMBAK” bagi seorang penulis. “AMBAK”
adalah akronim dari “Apa manfaatnya bagiku?” (“Apa manfaat menulis bagiku?” ,
pen.). “AMBAK” akan menjadi motivasi utama bagi seorang penulis. Karena fitrah
naluriah manusia, mencintai setiap apa yang bermanfaat baginya. Karena itulah, jika
kita ingin mencintai menulis maka kita mesti menemukan “AMBAK” kita. “AMBAK”
bisa dituliskan, lalu ditempelkan di tempat yang sering kita lihat. Dan yang
lebih utama adalah simpan “AMBAK” itu di dalam pikiran dan hati kita,
lalu kita zoom hal itu setiap saat.
Adapun yang
kedua, penulis teringat akan sebuah pepatah Jawa “Tresno jalaran soko kulino”,
yang artinya “cinta muncul karena sering bertemu.” Bila kita cermati
pepatah ini, cinta memang sering muncul dari tingginya kuantitas pertemuan.
Sehingga, jika kita ingin mencintai menulis, kita harus sering ‘bertemu’
dengannya. Misal, kita buat program rutin “menulis apapun setiap hari”
selama 30 menit. Tanpa perlu berpikir teori dan struktur kalimat, pokoknya
menulis apapun. Bisa berupa puisi, cerpen, pengalaman pribadi atau artikel dan
opini, pokoknya apapun yang mengharuskan kita untuk menulis. Sarana menulis yang
dipakai pun bebas kita pilih, bisa dengan pulpen, HP ataupun netbook. Yang
penting bagi kita adalah ‘bertemu’ dengan menulis.
Dengan program
rutin “menulis apapun setiap hari”, kita akan diharuskan menulis.
Somerset Maugham menegaskan, “We do not write because we want to; we write
because we have to.” (Kita tidak menulis karena kita ingin menulis; kita
menulis karena kita harus menulis!). (Much. Khoiri, 2014).
InsyaAllah,
dua hal pokok tersebut akan menumbuhkan cinta menulis. Ketika cinta menulis telah
tumbuh, menjadi penulis profesional pun akan selangkah lebih mudah. Semoga. #Yuk
Menulis.
(Ary Herawan, Penulis
adalah Guru SMKN Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya)
https://www.facebook.com/notes/writingacademy/menumbuhkan-cinta-menulis/1792044804415481
BalasHapus