Kamis, 14 Juli 2016

Kebahagian Berbagi Ilmu Menulis

Menjelang tengah hari tadi (27/03/2016), di sela-sela mengasuh anak-anak, saya rebahkan badan di tempat tidur. Mata ini terasa mengantuk. Mungkin karena sisa tadi malam, hampir setengah malam saya isi ‘kencan’ bersama ketiga anak-anak saya. Kami menonton film bersama di rumah. Saya menemani mereka seraya mengenang masa kanak-kanak.

Belum sempat mata ini terpejam, terdengar suara telpon dari salah seorang sahabat. Ternyata beliau meminta saya untuk mengisi materi jurnalistik di hadapan siswa setingkat SMP dan SMA. Padahal sebelumnya, saya belum pernah mengisi tersebut. Menulis memang bukanlah hal baru bagi saya. Artikel, berita, opini, cerpen sampai puisi pun pernah tertuang di blog ini. Alhamdulillah, beberapa di antaranya pernah ditayangkan media cetak maupun daring. Namun untuk mengisi materi jurnalistik, belum pernah sekalipun diminta. Permintaan dadakan ini juga bukan tanpa alasan. Tersebab pemateri yang direncanakan, yakni seorang wartawan senior, mendadak tidak bisa hadir. Antara diterima dan ditolak, di wilayah ikhtiar inilah hati dan akal ini berada.

Meskipun diminta mengisi saat itu juga, entah mengapa tidak ada sedikit pun keberatan dalam diri ini. Tanpa garis besar materi, power point, apalagi makalah atau sebagainya, diri ini sama sekali tidak merasa keberatan. Bahkan, seolah ada motivasi dan kebahagiaan tersendiri untuk langsung mengiyakan. Hati ini seolah berkata, “Saya, Yes!” seraya tersenyum riang.

Singkat cerita, saya berdiri di hadapan puluhan siswa-siswi. Alhamdulillah, selama 15 menit perjalanan menuju lokasi, saya menemukan ide materi. Materi itulah yang saya sampaikan. Saya memposisikan diri bukan sebagai pakar teori, tetapi sebagai seorang praktisi. Setelah sedikitmuqaddimah, kemudian bridging materi seputar menulis serta motivasinya, saya meminta semua peserta untuk mengeluarkan alat tulisnya. Namun sayangnya, meskipun dinamakan Training Jurnalistik, hanya beberapa siswa dan siswi yang membawa alat tulis. Akhirnya, sebagian peserta saya ijinkan untuk mengetik menggunakan handphone.

Saya hanya ingin membuktikan kepada para peserta bahwa menulis itu mudah. Itu saja yang saya targetkan. Setelah semua peserta siap, para peserta diminta menjawab beberapa pertanyaan. Tetapi jawabannya mesti ditulis dalam bentuk kalimat berita. Berikut urutan pertanyaannya, 1) Apa makanan favorit Anda? ; 2) Di manakah Anda biasa membelinya; 3) Kapankah Anda biasa membelinya? ; 4) Siapakah penjualnya? ; 5) Mengapa Anda menyukainya? ; dan 6) Bagaimanakah cara membuatnya? Meskipun dengan alat tulis yang berbeda-beda, semua pertanyaan itu mampu dijawab tuntas oleh semua peserta. Kemudian saya tegaskan kepada semua peserta, ternyata terbukti mereka bisa menulis. Mereka yang sebelumnya hanya terbiasa menulis satu atau dua baris status di sosial media, ada yang mampu menulis hingga 15 baris. Lalu, saya minta kepada mereka untuk menggabungkan semua jawaban menjadi satu paragrap. Alhamdulillah, tidak ada seorang pun yang kesulitan.

Terakhir, saya minta mereka untuk membacakan tulisannya masing-masing. Sayang sekali, semua  peserta masih malu-malu melakukannya. Akhirnya saya yang membacakannya. Masya Allah!semua karya disambut dengan tepuk tangan yang meriah. Ternyata, semua peserta terbukti bisa menulis. Itu kan baru satu paragrap? Iya tentu saja, semua tulisan berawal dari langkah kecil. Insya Allah, dari satu paragrap itulah tumbuh kepercayaan diri bahwa “Menulis itu mudah dan saya bisa menulis!” Adapun pertanyaan seputar makanan favorit, itu hanyalah tema yang bisa diganti dengan apapun. Bisa dengan sebuah kota, tempat wisata, sekolah, kejadian dan sebagainya.

Alhamdulillah! sungguh bahagia bisa berbagi sedikit ilmu menulis bersama para santri serta alumni SMPT dan MA Fajrul Islam Kota Tasikmalaya. Saya bukanlah motivatorinspirator apalagi author, namun al faqir yang cinta menulis. Selamat berkarya membangun peradaban barokah! Aamiin. (Ary H.)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar